HIDUP ITU SEPERTI ROLLER COASTER, YA?
Aku beberapa kali mendengar orang di sekitarku berkata “Hidup itu seperti roller coaster, kadang ada masa ketika kita di bawah (sedang sulit), dan ada kalanya kita berada di atas (sedang bahagia), dengan keadaan yang bisa saja berganti cepat layaknya roller coaster.” Hidup memang se-tidak konsisten itu. Hari ini bisa saja bahagia, tidak.. saat ini, bisa saja bahagia. Tapi semenit -bahkan- sedetik kemudian? Apakah kita bisa menjamin kita akan tetap bahagia? Tidak.
***
Pada
8 Oktober lalu, aku pulang ke Curup bersama seorang teman untuk suatu urusan.
Sebelum pulang ke Curup, aku dan temanku telah membuat jadwal dan daftar tentang
apa saja yang akan kami lakukan di Curup. Kami memulai perjalanan pada pagi
menjelang siang hari dengan perasaan yang amat bahagia. Pergi ke ind*maret dan membeli beberapa camilan,
berkhayal di atas motor membayangkan sorenya kami akan mandi di Suban Air Panas
dan malamnya akan menikmati Tebing Suban dan mengambil beberapa foto yang akan
kami masukkan di feed instagram,
hingga membuat video dokumentasi perjalanan.
Setelah
lebih kurang 2,5 jam berada di jalan, akhirnya kami tiba di Curup. Keadaan
berubah drastis ketika kami sudah hampir memasuki daerah Curup. Cuaca Kota
Bengkulu yang cerah seolah-olah mendukung kami untuk segera pergi menikmati
hal-hal yang kami inginkan. Namun, ketika kami mulai memasuki daerah perbatasan
Kepahiang dan Curup, kami disambut oleh hujan deras selama 2 jam. Urusanku pun
tidak bisa langsung diselesaikan hari itu. Kupikir, “Tidak apa-apa hujan
dahulu. Nanti ketika sampai di rumah, kami akan langsung pergi ke Suban dan
mandi air panas di sana. Pasti akan sangat seru.”
Ketika
sampai di rumah dan kubuka pintu rumah, betapa terkejutnya kami. Semua lemari
dan laci-laci sudah terbuka dan barang-barang berserakan. Ternyata, rumah kami
sudah diacak-acak oleh maling. Memang, rumah kami di Curup sudah cukup lama
kosong. Terakhir kami singgahi bulan Maret, ketika bibiku yang tinggal di Curup
meninggal. Langsung kutelepon pamanku untuk memberitahu keadaan rumah sehingga
beliau datang ke rumah, dan waktu siang hingga menjelang maghrib pada akhirnya
kami habiskan dengan membereskan barang dan bersih-bersih. Hilang sudah
kesempatan kami untuk dapat mandi di Suban sore itu. Kami pun menginap di rumah
pamanku pada malam harinya.
Keesokan
harinya, pada pagi hari kami menyelesaikan urusan yang harus diselesaikan. Pada siang
harinya, kami pergi ke Suban Air Panas dan menikmati keadaan sekitar setelah
hari sebelumnya menguras tenaga. Setelah pulang dari Suban, kami pamit kepada
sanak saudara yang ada di Curup, lalu melanjutkan perjalanan kami dan mampir di
Kebun Teh Kabawetan untuk beberapa saat. Berhenti di puncak Kabawetan dan
mengambil beberapa foto dan video, aku merasa bersyukur. Walaupun beberapa dari
daftar keinginan yang ingin kami lakukan di Curup tidak dapat terlaksana, namun
sungguh... rasanya seperti lelah kami terbayarkan. Hari itu benar-benar
berkebalikan dengan hari sebelumnya. Hari yang sepenuhnya cerah, pemandangan
malam Kabawetan dengan langit ungu dan bulan sabit yang indah, bantuan seorang
teman untuk menitipkan barang bawaan kami di mobilnya sehingga motor terasa
ringan, dan urusan yang akhirnya selesai sehingga tidak perlu menunggu sampai
Senin di Curup (hari kerja instansi pemerintahan adalah hari Senin-Jumat).
JANGAN LUPA BERMIMPI
DIWUJUDKAN! 😁
_________________
Author: Riga Okta
Director: Nici Jarsi
_________________
INSTAGRAM:


Comments
Post a Comment