Mengenal itu tidak MUDAH!

 Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hai sahabat aktivis, aku lupa kalau aku punya blog ini... Wkwkwkwk

Hari ini aku ingat kapan terakhir mengucapkan kata cinta dan merasakannya. Tetapi apa sih makna cinta? Namun yang aku tahu cinta bukanlah sebatas cinta-cintaan anak remaja. Setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda-beda tentang cinta. Cinta tidak hanya membahas persoalan pasangan, namun di dalam sahabat dan keluarga juga terdapat cinta. Cinta lebih dari sekadar itu dan sulit untuk dijelaskan secara kongkret.

Kali ini cintaku berkisah pada Persyarikatan Muhammadiyah. Ikatan Mahasiswa Muhamamdiyah (IMM) menjadi salah satu organisasi Otonom (ORTOM) yang tanpa sengaja aku ikuti saat menjadi mahasiswa di Kampus Muhammadiyah Bengkulu. Mendengar kata IMM dan trilogi yang selalu terngiang saat mengingat masa dimana kobaran api semangat yang menggebu, sejak awal perkaderan 2017 hingga menjabat menjadi Ketua Bidang Organisasi Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Bengkulu 2019-2020. Ini bukanlah akhir dari semangat itu, namun untuk mengawali semangat merah maroon yang tentu saja hingga saat ini masih sama bahkan bertambah. Itu semua diawali dengan mengenali trilogi IMM yang sudah tentu harus diimplementasikan dikehidupan IMM sebagai anak ataupun organisasi otonom Muhammadiyah.

Pertama, keagamaan (religiusitas), dalam hal ini sudah pasti mengutamakan keseimbangan antara ritual dengan amal. Kedua, intelektualitas, yang ditandai dengan sikap keterbukaan, bersikap ikhlas, istiqomah, dan menghargai kebenaran. Ketiga, yaitu kemanusiaan atau yang sudah umum kita dengar humanitas. Sebagai kader seyogyanya kita dapat memanusiakan manusia yang dalam bahasa Arab dikenal dengan fi ahsani taqwim, proses manusiawi merupakan transformasi kesadaran manusia yang sesungguhnya.

Aku percaya setiap individu memiliki karakter dan minat bakat yang berbeda, tentu dengan berkolaborasi diatas perbedaan inilah yang dilakukan para pejuang terdahulu. Sehingga mendapatkan yang kita kenal dengan nama “kemenangan”  dengan satu tujuan yang sama. Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Tentu dengan berproses dan belajar bisa membentuk kita menjadi pribadi yang militan dan dapat membangun resiliensi dalam hal apapun. Skill beradaptasi  sangat dibutuhkan, kemampuan untuk mengutamakan kuliah dan menomorsatukan organisasi begitu tidak mudah dilakukan tanpa ada celah sedikitpun. Hal ini juga salah satu dorongan untuk tetap membuktikan bahwa organisasi bisa mendukung akademik di Kampus serta tak luput dari prestasi perlombaan yang diikuti.

Berdasarkan pengalaman pada awal perkaderanku IMM FKIP berinisiatif untuk mengadakan Seminar beasiswa keluar negeri yang diikuti oleh siswa berbagai kabupaten maupun mahasiswa. Hal ini membuat aku yakin bahwa sangat banyak anak negeri yang semangat belajar. Walaupun banyak hal yang bisa dilakukan, aku sangat bersyukur bahwa kaum perempuan sudah tidak lagi seperti halnya yang terdahulu terdapat eksploitasi dan hambatan lainnya sehingga membuat terbatasnya gerak untuk bergiat.

Kemudian sejak 2018, Muhammadiyah Disaster Manajemen Center (MDMC) Wilayah Bengkulu ini menjadi salah satu tempat belajar dan berproses membentuk karakter. Aku banyak belajar tentang kehidupan bermasyarakat, seperti mengenal Bencana baik sebelum, saat dan pasca bencana. Pada tahun 2020 masuknya Covid-19 ke Seluruh Indonesia termasuk Bengkulu. Sehingga dibentuklah Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC).

Tidak sedikit giat yang bisa dilakukan melalui Muhammadiyah (OMOR) membantu percepatan pengurangan persebaran COVID-19 ini sehingga membuat berdirikan posko dan aku terhitung hampir 5 bulan lebih tanggal di Posko dengan konsekuensi jauh dari keluarga, melaksanakan KKN mandiri dan lainnya. Pada fase pra bencana kita bisa berupaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB) seperti Desa, Keluarga, tempat ibadah, Rumah Sakit serta yang paling banyak adalah Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Pada bidang pendididikan inilah kita juga dapat memahami bahwa dalam keadaan apapun Pendidikan tetap harus berlangsung dan berjalan. Disana terdapat hak-hak peserta didik maupun warga sekolah yang harus diberikan dan ini berhubungan dengan SPAB yang menerapkan 3 pilar sekolah aman yaitu, Pilar 1 Fasilitas belajar/sekolah aman, pilar 2 Manajemen Bencana dan kesinambungan pendidikan serta pilar 3 Pendidikan PRB dan resiliensi serta di fondasikan dengan dukungan lintas sektoral. Sehingga upaya ini mendukung dan sangat berperan penting dalam dunia Pendidikan apalagi mengingat Indonesia merupakan wilayah yang rawan akan berbagai macam jenis ancaman bencana.

Ada nilai yang dapat aku pelajari bahwa setiap kita punya cara yang berbeda dalam belajar dan membentuk karakter serta mempertahankan cinta. Dengan demikian betapa pentingnya karakter yang memiliki nilai kecintaan didalamnya, sampai muncul istilah “mendidik karakter dengan karakter”. Dalam hal ini satu nilai yang bisa kita pelajari yaitu BERSYUKUR dan IKHLAS. 

Oh iya, dipenghujung tahun 2023 ini banyak sekali yang belum sempat aku ceritakan. Bahkan harus lebih selektif lagi dalam beraktivitas. Tak jarang akibat hectic yang sangat menguras energi, jadi sulit membedakan sibuk dan efektif dalam memanfaatkan waktu. Hehe.. jangan terlalu kaku ya... Semoga dilain waktu akan aku ceritakan momen dimana bersama teman-teman, Keluarga dimasa sulit/titik terendah, berdamai dengan keadaan dan banyak lagi. Bisa juga akan aku ceritakan momen dimana melanjutkan giat di Nasyiatul Aisyiyah. Apa sih Nasyiah itu? Stay Tuned!..

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

TETAP BERJUANG DAN SEMANGAT YAA..

JANGAN LUPA BERMIMPI


DIWUJUDKAN! 😁

_________________

Creator: Nici Jarsi

_________________

INSTAGRAM:

CATATAN AKTIVIS

MAMPIR DI POSTINGAN INSTAGRAM PRIBADIKU 

CUPLIKAN CERITA CINTA

Comments

Post a Comment

Popular Posts

Ramadan Penuh Berkah Dengan Ibadah dan Sedekah Walaupun Bersama Wabah

GOING ABROAD? WHY NOT?

Wisuda di 3,5 tahun dan Cumlaude Melalui Jalur Langit PART 2